Penyumbang Sampah Terbesar Berasal dari Rumah Tangga
Sudahkah Anda membuang sampah hari ini? Pertanyaan tersebut tentu mengarah kepada kegiatan atau aktivitas kita sehari-hari, baik di rumah maupun di luar.
Tanpa kita sadari, tenyata sampah yang dihasilkan dari rumah tangga adalah penyumbang sampah terbesar tiap tahunnya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, jika sampah di Indonesia berdasarkan sumbernya, sektor rumah tangga menyumbang paling banyak dalam skala sampah nasional.
Sebanyak 42,23 persen sampah rumah tangga dihasilkan. Setelah rumah tangga, di peringkat kedua yakni dari sektor perniagaan sebanyak 19,11 persen.
Di peringkat ketiga disumbang dari sektor pasar, yakni sebanyak 15,26 persen sampah. Kemudian disusul perkantoran sebanyak 6,72 persen, fasilitas publik 6,71 persen, kawasan 6,42 persen, dan lainnya sebanyak 3,55 persen.
Rumah tangga menjadi penyumbang sampah terbanyak tentu disebabkan karena banyak faktor. Kebutuhan konsumsi dalam rumah tangga adalah salah satunya.
Badan Pusat Statistik mencatat per 2019 jumlah rumah tangga yang ada di Indonesia sebanyak 68 juta rumah tangga. Tentu dengan jumlah sebanyak itu, penghitungan sampah dalam skala nasional menjadi sangat banyak pula.
Maka, pengelolaan sampah yang tepat perlu diterapkan.
Pengelolaan Sampah
Seperti yang sudah dijelaskan dalam artikel sebelumnya, cara menyiasati dan mengelola sampah memang penting. Pengelolaan sampah bisa dimulai dari tingkat rumah tangga.
Dengan adanya pengelolaan sampah secara komprehensif dari hulu sampai ke hilir tentu akan memberikan manfaat kepada masyarakat. Selain berdampak baik buat lingkungan sekitar, dengan turut serta mengelola sampah tentu bisa mengubah perilaku kita.
Pengelolaan yang simpel dan sederhana di rumah tangga bisa dimulai dengan menyediakan tempat sampah. Tempat sampah yang sudah kita sediakan itu bertujuan supaya sampah bisa terwadahi dan tidak berceceran di mana-mana.
Lebih dari itu, dibutuhkan proses pemilahan setiap jenis sampah. Baik sampah organik maupun anorganik. Sedangkan, jenis-jenis sampah lain, yang tidak bisa diambil oleh para transpoter (orang atau tim yang mengambil sampah dari rumah tangga atau non-rumah tangga untuk dikirim ke tempat pengolahan sampah) dikasih tempat sendiri.
Jenis-jenis sampah yang tidak bisa diambil oleh transpoter seperti pakaian, material bangunan, sofa, kasur, karet ban kendaraan, oli, kaleng pestisida, sisa medis, gerabah, abu, kotoran hewan, dan lain sebagainya.
Pemilahan sampah mulai dari rumah tangga tersebut tentu bertujuan supaya sampah bisa dengan mudah diolah. Sehingga, sampah yang sampai di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa diproses sampai purna.
Selain itu, dewasa ini Indonesia memiliki sekitar 500 TPA. Namun, dari total tersebut sebagian besar TPA masih menggunakan sistem open dumping. Di mana sistem tersebut menerapkan sampah hanya dibuangan saja tanpa melalui pemrosesan sampai purna.
Sampai pada tahap ini, kita bisa merefleksikan betapa pentingnya pengelolaan sampah sejak dini. Memulai dari tiap rumah tangga tentu bisa mengurangi laju penumpukan sampah.
Pengelolaan sampah tentu tidak bisa hanya bergantung pada perilaku masyarakat saja. Lebih dari itu, butuh peran pemerintah pusat sampai ke daerah yang secara holistik merangkul semua kalangan.
Dengan model pengelolaan yang baik dan teratur, sampah di Indonesia pun bisa dikelola sampai purna.
Pada akhirnya, menjaga lingkungan bisa dimulai dari rumah tangga. Aku, kamu, dan kita semua turut serta mengelola sampah.
Menyenangkan.
__________
*Pasti Angkut/Nardi